Kabupaten Tangerang (MKNews),-Bupati Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid, merangkai solusi pengendalian banjir tahunan dengan cerdas dan cukup berani, di antaranya membangun embung,normalisasi saluran air, dan rekayasa jalur drainase baru.
Banjir selalu jadi momok tahunan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Tangerang. Karena itu, Bupati Maesyal menyiapkan berbagai uoaya pengendalian dalam mengatasi banjir yang disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tangerang 2025-2029.
Salah satu poin dalam RPJMD-nya, adalah mengusung sistem lingkungan yang aman, ramah, dan berkesinambungan. Pemkab Tangerang membangun lima embung untuk pengendali air dan mengurangi banjir. Embung itu dipersiapkan sebagai tampungan air maupun mengurangi limpasan permukaan saat hujan deras dengan itensitas tinggi.
Dikatakan Maesyal, dari lima kolam retensi yang disiapkan itu dua di antaranya kolam retensi yakni embung Cibadak di Kecamatan Cikupa dan embung Sudirman di Kecamatan Tigaraksa.
Pembangunan kolam retensi dan tandon itu menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi daya rusak air dengan menampung kelebihan volume air dan mengalirkannya secara sistematis sesuai kapasitas badan air menuju sungai.
“Kolam retensi Cibadak ini menjadi tonggak awal upaya Pemkab Tangerang mengatasi persoalan banjir selama lebih dari satu dekade di kawasan Cibadak,” katanya.
Tahun ini, Maesyal mulai merealisasikan RPJMD dengan membangun embung Cibadak. Dalam pembangunan kolam retensi ini juga akan dilengkapi dengan pintu air dan pompa pengendali debit air.
“Setiap tahun direncanakan satu embung terbangun. Dan ke depan, akan dilakukan normalisasi saluran air dan rekayasa jalur drainase baru agar air bisa mengalir lancar ke sungai,” jelas Maesyal.
Selain itu, dalam pembangunan embung sistem lingkungan yang aman, ramah, dan berkesinambungan itu termasuk di dalamnya rencana pembangunan embung Sudirman, embung Solear di Kecamatan Solear, embung Aryana, dan embung Curug Wetan di Kecamatan Curug.
Sebelumnya pada Selasa (17/6) lalu, Maesyal meresmikan pembangunan Embung Cibadak dan meletakkan batu pertama. Polder atau Embung Cibadak berlokasi di Desa Cibadak, Kecamatan Cikupa. Sudah belasan tahun banjir kerap melanda Desa Cibadak. Dengan dimulainya pembangunan embung tersebut selain bertujuan untuk menanggulangi banjir juga sebagai tandon air.
“Sudah lebih dari 10-15 tahun wilayah ini menjadi langganan banjir. Karena itu, pemerintah daerah bersama DPRD, kecamatan, kelurahan, dan masyarakat merespon cepat dengan membangun polder dan tandon penampung air untuk menanggulangi persoalan ini secara permanen,” ujar Maesyal.
Ia menyebutkan bahwa kawasan tersebut merupakan dataran rendah yang menjadi titik kumpul aliran air dari tujuh desa sekitarnya yang menjadikan wilayah ini sangat rawan tergenang air. Pembangunan polder dan tandon menjadi solusi jangka panjang yang efektif karena saluran air menuju sungai tidak memungkinkan tanpa bantuan infrastruktur khusus.
Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kabupaten Tangerang, Iwan Firmansyah, menambahkan kolam retensi Cibadak ini dibangun seluas 2.847 meter dengan fasilitasnya tanggul, saluran inlet dan outlet, 2 pintu air serta pompa berkapasitas 800 meter kubik/jam.
“Dengan dibangunnya embung Cibadak maka limpasan air di kawasan Cibadak dapat dikurangi baik luasan genangan, tinggi genangan maupun durasinya sehingga dapat mereduksi kerugian yang ditimbulkan dari bencana banjir,” ungkap Iwan.
Iwan menjelaskan saat ini Pemkab Tangerang memiliki 14 pompa untuk menyedot banjir di Kecamatan Kelapa Dua, Kosambi, Teluknaga, dan Sepatan. Kawasan tersebut merupakan dataran rendah yang menjadi titik kumpul aliran air dari tujuh desa sekitarnya yang menjadikan wilayah ini sangat rawan banjir.
“Pembangunan embung diharapkan tidak hanya mengatasi banjir, tetapi juga menjadi bagian dari solusi berkelanjutan dalam pengelolaan air dan lingkungan di Kabupaten Tangerang,” jelasnya.
Embung Sudirman dibangun untuk mengurangi luasan, tinggi dan lama genangan untuk mengurangi bencana banjir yang kerap melanda di Kelurahan Tigaraksa dan tiga desa lain yakni Pematang, Pasir Nangka, dan Pete. Embung itu juga akan difungsikan sebagai ruang terbuka hijau dan sumber cadangan air baku bagi masyarakat. (ADV)