Lebak (MKNews)-Kaum perempuan di Kabupaten Lebak, berjualan keliling untuk membangkitkan ekonomi keluarga untuk mengatasi kemiskinan dan kesulitan pangan.
“Kami jika tidak berjualan keliling tentu akan kesulitan untuk memenuhi ketersediaan pangan keluarga,”kata Kesih (57) seorang pedagang sayuran di Rangkasbitung, Kamis (13/7).
Pedagang keliling sayuran yang digelutinya itu selama 30 tahun lalu hingga kini masih berkeliling masuk kampung keluar kampung di wilayah Rangkasbitung dan sekitarnya.
Perjalanan keliling dari pagi buta sampai siang hari berjalan kaki yang ditempuh sekitar 10 kilometer tanpa kenal lelah, meski cuaca hujan maupun kemarau.
Sebab, lokasi rumahnya berada di perbatasan Rangkasbitung – Maja dan melintasi areal perkebunan kelapa sawit.
Beruntung, kata dia, selama berjualan keliling selalu sehat hingga kini dapat terpenuhi ketersediaan pangan keluarga.
Bahkan, dirinya saat pandemi COVID-19 tetap berjualan keliling dengan menggunakan masker.
“Kami harus bekerja keras, terlebih suami sudah meninggal, bahkan tiga anaknya yang sudah berumah tangga dan dua anak yang belum menikah hanya tamatan SD/SMP masih menjadi tanggungannya,”kata Kesih sambil menyatakan berjualan keliling dengan modal Rp250 ribu dan bisa meraup keuntungan Rp75 ribu.
Begitu juga Yayah (30) warga Cileles Kabupaten Lebak seorang pedagang keliling mengatakan dirinya berjualan sayuran untuk membantu pendapatan suami sebagai buruh tani.
Pendapatan suami terkadang bisa memenuhi ekonomi keluarga jika ada yang menyuruh bekerja dan jika menganggur dipastikan kesulitan untuk memenuhi ketersediaan pangan.
Karena itu, dirinya sudah tiga tahun terakhir ini berjualan sayuran keliling,namun menggunakan sepeda motor.
Ia setiap hari berangkat dari rumah di Kecamatan Cileles pukul 4.30 WIB dan tiba di Pasar Subuh Rangkasbitung pukul 6.00 WIB untuk belanja aneka sayuran dan kue – kue tradisional.
Dengan modal sekitar Rp400 ribu itu, kata Yayah, dirinya bisa berjualan keliling di wilayahnya dan pulang ke rumah pukul 13.00 WIB.
“Kami bisa meraup keuntungan bersih Rp100 ribu/hari,”katanya menjelaskan.
Begitu pula Santimah (45) seorang warga Citeras Kabupaten Lebak mengatakan dirinya berjualan keliling itu untuk membantu pendapatan suaminya sebagai buruh bangunan.
Saat ini, kata dia, dirinya bisa hidup sejahtera dengan keuntungan usaha Rp100 ribu dengan modal Rp500 ribu.
“Kami merasa bahagia dengan usaha keliling itu bisa menyekolahkan dua anaknya ke SLTA,” kata Santimah sambil mengendarai roda dua.
Sementara itu, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan pemerintah daerah mendorong kaum perempuan dapat membangkitkan ekonomi keluarga sekaligus mampu mengatasi kemiskinan.
Selama ini, kata dia, pihaknya belum menemukan warganya kerawanan pangan keluarga, karena kaum perempuan bisa membantu pendapatan ekonomi suami dengan berjualan keliling itu.
Berdasarkan data sebanyak 58 ribu pelaku usaha micro kecil dan menengah (UMKM) dan sebagian besar kaum perempuan.
Mereka kaum perempuan setiap pagi sebagai pedagang keliling mencapai ribuan orang/hari dan setiap pagi mereka menjajagi aneka makanan mulai jualan sayuran, kue tradisional, pedagang kerajinan hingga hasil komoditas pertanian.
Pemerintah daerah juga setiap tahun menggarkan alokasi untuk kaum perempuan dengan memberikan pelatihan kerajinan dan kewirausahaan.
“Kami mengapresiasi pedagang keliling itu menjadikan andalan ekonomi keluarga dan mampu mengatasi kemiskinan,”katanya menjelaskan.(ko/red).