Wonogiri (MKNews)- Memasuki musim hujan, Kecamatan Eromoko mulai melakukan berbagai persiapan dan antisipasi resiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang mengintai. Tindakan ini diwujudkan dengan digelarnya Pelatihan Tanggap Bencana yang melibatkan seluruh Kepala Desa/Lurah dan perwakilan Relawan Bencana Desa/Kelurahan se-Kecamatan. Pelatihan ini menggandeng BPBD Kabupaten Wonogiri sebagai narasumber utama.
Kegiatan yang bertempat di Pendopo Kecamatan Eromoko ini merupakan langkah mitigasi dini untuk memastikan desa-desa dan kelurahan di Eromoko memiliki kesiapsiagaan operasional saat menghadapi cuaca ekstrem terutama di musim hujan.
Camat Eromoko, Danang Erawanto, dalam sambutannya saat membuka pelatihan menekankan bahwa inisiatif pelatihan ini adalah kebutuhan yang sangat mendesak. Danang mengatakan ada beberap titik rawan bencana di wilayahnya, sehingga pelatihan ini dirasa sangat dibutuhkan.
“Saat ini kita berada di masa transisi menuju musim hujan. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Eromoko memiliki beberapa titik rawan longsor, terutama di wilayah perbukitan, serta ancaman angin kencang yang dapat merobohkan pohon dan merusak rumah. Kepala Desa/Lurah dan Relawan harus menjadi komandan dan tim penyelamat pertama di lokasi,” tegasnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kabupaten Wonogiri, Sri Maryati, menguatkan peringatan tersebut. Ia menjelaskan bahwa wilayah Wonogiri, termasuk Eromoko, termasuk dalam zona merah bencana hidrometeorologi.
Maryati menyampaikan bahwa ada potensi banjir bandang di wilayah Eromoko yang perlu diwaspadai, di samping ancaman longsor di tebing curam.
“Oleh karena itu, pelatihan ini berfokus pada keterampilan yang dapat menyelamatkan nyawa, mulai dari penilaian cepat risiko, teknik evakuasi, hingga pertolongan pertama pada korban yang cedera atau terdampak banjir,” tutur Maryati, seperti dikutif dari Laman Web Pemkab Wonogiri.
Para peserta pelatihan berasal dari 15 desa/kelurahan di Eromoko menerima serangkaian materi praktis yang langsung dapat diimplementasikan, meliputi penyusunan peta evakuasi dan titik kumpul aman khusus untuk memitigasi longsor dan banjir, serta teknik penyelamatan angin kencang berupa panduan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi puting beliung.
Tak hanya itu, para peserta juga dibekali pelatihan dan simulasi pertolongan pertama penanganan korban patah tulang dan kondisi darurat lainnya serta keterampilan aktivasi sistem peringatan dini lokal (EWS), yakni pemanfaatan sarana komunikasi desa untuk penyampaian informasi cuaca ekstrem dari BMKG secara cepat.
Selain itu, pihak BPBD juga membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan sistem komando bencana desa tentang bagaimana membangun alur koordinasi yang jelas antara kepala desa, relawan, dan pihak terkait di tingkat kecamatan/kabupaten.
Peserta juga diajak untuk melakukan kajian risiko partisipatif memetakan kembali wilayah rawan bencana, jalur evakuasi, dan titik kumpul di desa masing-masing. Setelah itu, peserta diminta untuk melakukan penyusunan rencana kontingensi (renkon) dan rencana aksi kesiapsiagaan dan tanggap darurat untuk menghadapi skenario bencana spesifik di Eromoko, seperti tanah longsor atau angin puting beliung.
Diharapkan, sinergi antara Kecamatan Eromoko, BPBD, Kepala Desa/Lurah, dan Relawan ini dapat menciptakan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana) yang benar-benar siap menghadapi segala kemungkinan yang ditimbulkan oleh intensitas curah hujan tinggi di Kabupaten Wonogiri. (red).





